Tuesday, August 23, 2016

Jalan-Jalan ke Museum Lampung Part 1

Jalan-Jalan Ke Museum Lampung Part 1

Senin lalu Rayyaan berjalan-jalan ke Museum Lampung dengan Akung dan Mama. Ini kunjungan kedua Rayyaan ke sana. Sebelumnya Rayyaan hanya pergi berdua dengan Mama sekalian nyobain naik BRT he he. Museum ini terletak di Jalan Zainal Abidin Pagar Alam No 64, Gedong Meneng, Bandar Lampung. Senin itu rupanya sedang ada kunjungan kakak-kakak SD. Waktu Rayyaan mau masuk ke gedung museumnya, mereka baru saja selesai kunjungan dan lanjut berfoto di halaman museum. Oh iya, karena foto-foto saat pertama kali ke museum hilang, jadi Rayyaan mau foto-foto lagi ah sambil melihat-lihat koleksi museumnya. Ada apa saja ya?



Sebelum berkeliling, beli tiket masuknya dulu yuk. Untuk orang dewasa tarifnya Rp 4.000 per orang. Rayyaan hanya dikenai tarif Rp 2.000, masih kecil sih ya he he. Begitu masuk Rayyaan langsung tertarik dengan maket Museum Lampung. Soalnya banyak miniatur mobil dan bus, ukurannya super imut. Di belakang maket ini ada etalase souvenir khas Lampung sementara di sebrangnya ada foto-foto Gubernur Lampung yang pernah dan tentunya yang masih menjabat, yaitu:

1. Kusno Danupoyo (1964-1966).
2. Zainal Abidin Pagaralam (1966-1972).
3. R. Sutiyoso (1972-1978).
4. Yasir Hadibroto (1978-1988).
5. Poedjono Pranyoto (1988-1997).
6. Oemarsono (1997-2003).
7. Sjahroedin Z.P (2004-2014).
8. M. Ridho Ficardo (2014-sekarang).

Maket Museum Lampung.

Sebagian foto Gubernur Lampung.

Di bawah foto para gubernur ini ada foto pahlawan nasional Mayor Jend. TNI (Purn.) Raden Muhammad Mangoendiprojo. Beliau adalah pejuang kemerdekaan dan perwira militer Indonesia yang ikut serta dalam Pertempuran Surabaya tanggal 10 November 1945. Beliau meninggal di Bandar Lampung pada tahun 1988 dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Bandar Lampung. Pada tanggal 7 November 2014 Presiden Joko Widodo menganugerahinya dengan gelar Pahlawan Nasional Indonesia.

Pahlawan Nasional yang dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Lampung.

Sekarang masuk ke ruangan lain yuk. Ruangan selanjutnya agak gelap. Dulu Rayyaan nggak mau lho masuk sini. Soalnya takut karena gelap dan ada harimaunya. Huaaa. Harimau beneran? Ya nggaklah, hanya display saja. Selain harimau ada juga display gajah dan beruang, binatang yang ada di Lampung tapi makin langka. Di sebrang display harimau dan teman-temannya ini ada display yang menggambarkan letusan gunung Krakatau termasuk awan dan abu letusannya. Hii syerem deh membayangkan bagaimana dahsyatnya letusan gunung ini di tahun 1883. Dunia sampai gelap selama dua hari akibat debu vulkanisnya.

Baca: Edutrip ke Penangkaran Rusa Tahura Wan Abdul Rachman, Lampung.


Harimaunya ada dua!

Letusannya pasti dahsyat sekali!

Selanjutnya ada koleksi dari zaman prasejarah. Ada tengkorak manusia dari zaman prasejarah, ada benda-benda yang dipakai dalam kehidupan mereka seperti kapak genggam dan kapak lonjong. Rayyaan nggak berlama-lama melihat-lihat bagian ini, mungkin karena pencahayaannya redup dan ada display batu-batu besar he he. Menurut Akung pencahayaan di bagian ini kurang. 


Salah satu sudut display zaman pra sejarah.

Mungkin maksudnya biar terkesan misterius ya karena ruangan itu menunjukkan cerita dari zaman prasejarah. Tapi buat anak seumuran Rayyaan ternyata nggak nyaman berada di bagian itu. Saya sih berharap pencahayaannya bisa dibuat lebih terang seperti di Museum Geologi Bandung yang pernah Rayyaan kunjungi. Selain lebih nyaman buat anak-anak, pencahayaan yang lebih baik akan memudahkan pengunjung yang ingin mengambil gambar koleksi museum ini. Anak SD sekarang sih canggih deh, ke museum sudah bawa kamera digital. Mama dulu mesti nyatat dan nggambar di buku ha ha.

Al Quran ini usianya berapa tahun ya?

Koleksi senjata.

Di bagian lain ada display yang menunjukkan koleksi warisan budaya dengan pengaruh Hindu-Buddha seperti beberapa prasasti. Ada juga koleksi yang menunjukkan pengaruh Islam di Lampung. Selain itu di lantai pertama ini ada koleksi senjata dan berbagai barang pecah belah. Ngomong-ngomong Akung punya lho foto koleksi Museum Lampung saat belum ditata seperti sekarang. Kok bisa? Karena dulu Akung pernah terlibat dalam proyek pembangunan Museum Lampung. Di rumah masih ada satu album berisi foto barang-barang tersebut. Dulu memang Akung pernah bertugas di bidang Musjarah (Museum dan Sejarah) Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Lampung. Lihat nih foto Akung di depan Museum Lampung zaman doeloe he he.

Baca: Memasangkan Huruf.

Akung jaman muda dulu.

Sekarang sudah bawa cucu.

11 comments:

  1. Masuknya cuma 4ribu, wah murah meriah ya mba :D tapi kaya akan edukasi.

    ReplyDelete
  2. Masuk museum ternyata murah ya dibanding masuk theme park yang harganya ratusan ribu

    ReplyDelete
  3. Museum Lampun keren juga ya ternyata

    ReplyDelete
  4. kalau belajar sejarah di museum, lebih melekat diingatan biasanya :D

    ReplyDelete
  5. Museum memang penuh nilai sejarah dan pendidikan, cocok buat buat wisata pendidikan :)

    ReplyDelete
  6. di Lampung ada keris juga ya.
    apakah itu keris buatan lampung sendiri atau dari tempat lain ya ?
    terima kasih dan salam kenal

    ReplyDelete
  7. aku belum pernah mampir sini :D
    biasanya cuma lewat aja

    ReplyDelete

Silakan berkomentar yang sopan, tapi jangan beri link hidup di postingan ya. Terima kasih sudah berkunjung :)


Hubungi lewat: itshenipuspita@gmail.com
Jangan lupa follow IG @henipuspita29 @letsplayandlearn
Twitter @henipuspita29