Gambar: www.pixabay.com |
Hey where have you been, Mom? Kemana aja kok baru setor tantangan hari ke 10 sekarang? Ha ha. Because few days lately were kinda messy. Bukan Productive Communication tapi Messy Communication deh namanya ha ha. Kok bisa gitu? Ya karena setelah hari 9 hari menjalankan tantangan Komunikasi Produktif ini saya malah stucked gitu. Gampang banget nyerah sama tantangan dan sering kesel sendiri kalau sudah jungkir balik berusaha menjalakan komunikasi produktif, tapi dengan sekejap mata mood hancur berantakan karena senggolan dari pihak lain.
That’s why saya tulis dalam salah satu postingan sebelumnya. Praktik Komunikasi Produktif itu pada realnya bukan cuma ke satu orang aja, tapi juga ke yang lain. Berat banget buat saya yang kalau mood jelek maunya diem aja tutup mulut. Tapi mau nggak mau harus jadi penengah di antara pihak-pihak yang sedang bertikai, eh apaan sih inih? Ha ha… Cuma kemarin-kemarin ini saya jadi yang, “OK, I’m done, you’all handle it by yourselves. Why do I have to fix everything by myself?” So kalau papanya anak-anak lagi nggak di rumah, rasanya pengen grauk-grauk dinding rumah karena nggak ada yang nepuk-nepuk punggung sambil bilang “Sabar… Sabar…” Ha ha…
Di satu titik bahkan saya sempat drama banget. Rayyaan rewel, sayapun ngomel dan as always. Penyesalan mah datengnya terlambat. So I told myself, sudah cukup deh drama-dramanya. Jangan sampai anak jadi korban inner child orangtuanya. Dan saya juga nggak bisa maksa orang dewasa lain untuk belajar apalagi mengubah cara mereka berkomunikasi, yang bisa saya ubah ya diri sendiri. Sambil berdoa semoga perubahanya positif dan nular ke anggota keluarga lain. Memutus mata rantai memang tantangan ya. Mudah-mudahan Allah selalu memberi keikhlasan dan kekuatan.
Jadi apa yang saya lakukan supaya merasa lebih baik dan lebih waras? Nonton drama Korea? Jalan-jalan? Shopping. Ngg… Nggak he he. Memang asyik sih tapi honestly walau bikin seneng tapi nggak terlalu menyelesaikan masalah ha ha. Jadi yang saya lakukan adalah membaca buku. Ada satu buku baru yang belum sempat selesaikan (sebenarnya banyak sih yang belum dibaca ha ha). Buku ini ditulis oleh anggota Institut Ibu Profesional juga, tapi dari wilayah Malang dan Jatim Selatan. Judul buku ini adalah Coretan Penaku Sebuah Warisan Untukmu, Perjalanan 90 Hari Menemukan Keunikan Ananda.
Sebenarnya tema buku ini adalah tentang membersamai buah hati dengan proses engage – observe – watch listen – write dan bisa jadi referensi membuat portofolio anak. Tapi cerita proses perjalanan 27 ibu ini yang sukses membuat saya merasa nggak sendirian berjuang mengupgrade diri supaya bisa lebih baik dalam mendidik anak. Belum lagi banyak kutipan-kutipan yang sukses bikin baper:
“Ketika anakmu berbuat salah, tegur dan jangan pernah kamu mencatatnya. Ketika anakmu berbuat baik, puji dan segera catat.” – Sayyidina Umar bin Khattab.
“Tidak ada hukum terbalik, bersungguh-sungguhlah kami di dalam, maka kamu akan keluar dengan KESUNGGUHAN itu.” – Septi Peni Wulandani.
“Fokus pada cahaya kebaikan ananda, maka gelapnya kelemahan tersisih, yang terlihat hanyalah terang.” – Ida Nasya.
Segitu ajalah ya bocoran tentang bukunya he he. Alhamdulillah buku ini saya dapat setelah menang kuis di sebuah kulwapp. Kabarnya sih belum dirilis di toko buku. But I’d love to write a review about this book someday. Sayang punya blog buku tapi lama dianggurin he he.
Sekarang kembali ke Komunikasi Produktif. Alhamdulillah saya jadi lebih tenang dan level toleransi kembali meningkat. Saat berkomunikasi dengan Rayyaan saya usahakan perhatian benar-benar tercurah untuknya. Biar lebih aman, handphone saya singkirkan lebih jauh. Jadi nggak tergoda untuk ngintip-ngintip. Kalau sudah ngobrol dan main dan si kakak bener-bener lagi asyik main sendiri, baru deh saya cek kerjaan sebentar. Soal kerjaan domestikpun begitu. Saya bilang ke anggota keluarga yang lain, apa-apa yang nggak urgent ya nggak saya kerjakan dulu. Yang penting kalau pagi-pagi, sarapan untuk semuanya dan keperluan sekolah untuk Rayyaan sudah siap.
Obrolan saya dan Rayyaan sepulang sekolah lebih banyak tentang hal-hal biasa sih, soal mainan, teman, kejadian hari ini. Misalnya:
“Tadi di RRI ada anak kelas lain yang buang sampah ke dalam kolam ikan, Mah. Rayyaan sudah bilang jangan buang sampah sembarangan, tapi masih dibuang ke kolam.”
“Ma, mau ikut ke Giant. Kita beli Koko Crunch ya, tapi buat bekal sekolah kok.” (dan beneran dia tahan nggak langsung makan Koko Crunchnya he he).
“Ma, Rayyaan mau makan. Piringnya Rayyaan ambil sendiri dari dapur. Cuilin ayam gorengnya ya, nanti Rayyaan makan sendiri.”
“Ma, habis cuci tangan baju Rayyaan basah. Boleh ganti ya?”
Sederhana ya, tapi beneran deh indah banget dunia ini kalau si kakak ngomongnya nggak perlu pakai merengek atau merajuk he he. Dan hal-hal yang sederhana itu bagi saya adalah aha momentnya Rayyaan.
Jadi yang perlu saya ingat-ingat next time ada godaan untuk drama-drama lagi adalah:
1. Saat memungkinkan untuk me time, gunakan untuk membaca buku parenting.
2. Fokus pada kebaikan anak.
3. Bersungguh-sungguh memberi perhatian pada anak.
Tiga poin itu alhamdulillah sukses mengurangi drama-drama hari ini dan membantu saya menerapkan Komunikasi Produktif ke anak.
Wah panjang banget tulisan kali ini. Dibarengi curhat sih ya he he. Well ya inilah cerita apa adanya. Tantangan yang saya jalani memang nggak selalu berjalan mulus, jadi ya tulis aja apa adanya sebagai bahan refleksi untuk memperbaiki diri. Besok eh hari ini sudah tanggal 18 November. Masih ada waktu untuk melanjutkan tantangan karena boleh lanjut lebih dari 10 hari. Tapi ke depannya meski nggak ada kewajiban untuk setor cerita seputar Komunikasi Produktif, doakan saya, Rayyaan, dan anggota keluarga lainnya bisa berkomunikasi dengan lebih baik ya.
#HariKe10 #GameLevel1 #Tantangan10Hari #KuliahBunsayIIP #KomunikasiProduktif
Makin seru kuliahnya. :D
ReplyDelete