Sunday, November 19, 2017

Kelas Bunda Sayang #1: KOMUNIKASI PRODUKTIF

Gambar: www.pixabay.com

Setelah alhamdulillah lulus Kelas Matrikulasi IIP (Institut Ibu Profesional) saatnya melangkah ke kelas selanjutnya yaitu Kelas Bunda Sayang. Agak deg degan sih karena kuliah yang ini waktunya 1 tahun! Kelas Matrikulasi kan cuma 3 bulan he he (ada yang pernah ikut dan masih terbayang-bayang sama NHWnya? Hi hi). Tapi bismillahirrohmanirrohim membulatkan tekad untuk ikut supaya bisa mengupgrade diri. 


Materi pertama dari Kelas Bunda Sayang ini adalah KOMUNIKASI PRODUKTIF. Hal yang mendasar ya, tapi sering kan ada salah paham karena cara kita berkomunikasi. Pesan yang ingin kita sampaikan seringkali nggak bisa dipahami atau ditangkap lawan bicara karena cara penyampaian kita yang kurang pas. Dan saya termasuk yang pernah mengalami miskomunikasi dengan orang-orang terdekat, termasuk anak.

Gambar: www.pixabay.com

KOMUNIKASI DENGAN DIRI SENDIRI

Tapi sebelum memperbaiki cara berkomunikasi dengan orang lain, pertama kita harus mengubah cara kita berkomunikasi dengan diri sendiri. Caranya gimana?
- Berpikir positif agar kata-kata yang keluar dari mulut kita adalah kata-kata yang positif.
- Pilih kata-kata yang membawa energi positif. Misalnya menggunakan kata ‘tantangan’ instead of ‘masalah. 
- Berhati-hati memilih kata supaya hidup lebih berenergi dan bermakna.

Gambar: www.pixabay.com

KOMUNIKASI DENGAN PASANGAN

Ada yang suka merasa nggak nyambung kalau berdiskusi dengan pasangan? Mudah-mudahan sih nggak ya. Atau suka jadi baper kalau berkomunikasi dengan suami/istri? He he. Ternyata kita sering lupa, bahwa kita dan pasangan masing-masing adalah dua individu yang berbeda. Iyalah, orangtua masing-masing kan berbeda, tumbuh, dan berkembang juga di lingkungan yang berbeda, dan banyak lagilah perbedaan yang lainnya.

So bisa jadi kita dan pasangan punya Frame of Reference (FoR) dan Frame of Experience (FoE) yang berbeda. FoR adalah cara pandang, keyakinan, konsep, dan tatanilai yang dianut seseorang. Bisa karena pendidikan, buku bacaan, atau pergaulan. Sementara FoE adalah serangkaian kejadian yang dialami seseorang yang bisa membangun emosi dan mentalnya. FoR dan FoE ini mempengaruhi persepsei seseorang terhadap suatu pesan/informasi yang datang padanya.

Berkomunikasi dengan pasangan maksudanya bukan memaksakan sudut pandang masing-masing, melainkan saat kita menyampaikan sesuatu, pasangan menerima pesan itu seperti yang kita inginkan alias nggak salah mengerti he he.

Pada diri kita ada komponen NALAR dan EMOSI. Kalau NALAR PANJANG >> EMOSI KECIL. Kalau NALAR PENDEK >> EMOSI TINGGI.

Buat orang dewasa idealnya yang mana hayo? Iya bener banget harusnya yang NALAR PANJANG, EMOSI KECIL alias mengedepankan NALAR ketimbang EMOSI, didasarkan pada fakta/data dan untuk problem solving alias pemecahan masalah.

Trus KALAU SALAH SATU LAGI EMOSIAN GIMANA??? Stop dulu sejenak supaya nalar kita dan pasangan sama-sama baik. Kalau sama-sama emosi, nggak ada komunikasi, cuma suara yang bersahut-sahutan, saling tindih berebut benar.

Baca Juga: Tantangan 10 Hari Komunikasi Produktif: Hari Ke 1

Lalu bagaimana supaya kita bisa berkomunikasi dengan lebih efektif dengan pasangan?

1. 2C: CLEAR AND CLARIFY, susun pesan dengan kalimat yang jelas (CLEAR), bahasa yang baik dan nyaman untuk kedua belah pihak serta beri kesempatan kepada pasangan untuk bertanya/mengklarifikasi (CLARIFY) hal-hal yang tak dipahaminya.

2. CHOOSE THE RIGHT TIME, pilih waktu dan suasanya yang nyaman untuk menyampaikan pesan tersebut.

3. KAIDAH 7-38-55, ternyata nih kata-kata hanya berdampak 7% pada hasil komunikasi, yang berpengaruh lebih besar adalah intonasi sara 38%, dan bahasa tubuh 55%.

4. INTENSITY OF EYE CONTACT, pada saat berkomunikasi tataplah mata pasangan dengan lembut.

5. KAIDAH I’M RESPONSIBLE FOR MY COMMUNICATION RESULTS, hasil komunikasi adalah tanggung jawab si pemberi pesan, jika penerima tidak paham/salah paham, cari cara lain dan gunakan bahasa yang dipahami.

Gambar: www.pixabay.com



KOMUNIKASI DENGAN ANAK

Ini nih yang jadi PR terbesar saya selama ini. Yaitu dalam berkomunikasi dengan anak terutama Rayyaan. Karena itu dalam TANTANGAN 10 HARI untuk materi ini, saya memilih untuk menerapkannya dengan Rayyaan. Yang perlu saya inget banget nget nget adalah saya pernah jadi anak-anak, tapi Rayyaan belum pernah jadi orangtua, jadi sayalah yang harus belajar komunikasi produktif dan efektif dan harus memahami Rayyaan.

1. KISS, KEEP INFORMATION SHORT AND SIMPLE

Gunakan kalimat tunggal bukan kalimat majemuk. Jadi kalau mau minta tolong ke Rayyaan tuh jangan “Kak, tolong mainannya diberesin, trus sampahnya dibuang ke tong sampah, jangan lupa trus cuci tangan.” 

Panjang banget, Maaaa!

Lebih oke kalau begini “Kak, setelah main, mainannya dibereskan ya.” Kalau sudah selesai, baru deh kasi informasi yang lain.

2. KENDALIKAN INTONASI SUARA DAN GUNAKAN SUARA RAMAH

Tetap ingat kaidah 7-38-55, coba deh ingat-ingat kalau dulu pas kita masih anak-anak, mau pilih yang mana?

“Kak, ambilkan sapu ya!” Boro-boro senyum, mukanya pakai jutek trus nada bicaranya ketus wkwkwk.

Atau…

“Kak, tolong ambilkan sapu itu ya.” Suara lembut, tersenyum, dan menatap wajahnya.

3. KATAKAN APA YANG KITA INGINKAN, BUKAN YANG TIDAK KITA INGINKAN

Contoh: “Kak, Mama ingin Kakak sholat dan rajin belajar.”

Bukan…

“Kak, Mama nggak mau Kakak nonton TV terus sampai lupa sholat, lupa belajar!”

4. FOKUS KE DEPAN, BUKAN MASA LALU

Contohnya:

“Mama lihat nilai raport Kakak hasilnya kurang sesuai harapan, apa yang bisa Mama bantu? Jadi Kakak bisa mengubah strategi belaja jadi lebih baik.”

Bukannya:

“Nilai Kakak jelek banget sih! Itulah gara-gara nggak nurut Mama, main game terus, nonton TV terus, nggak mau belajar!”

Baca Juga: Tantangan 10 Hari Komunikasi Produktif: Hari Ke 10

5. GANTI KATA “TIDAK BISA” MENJADI “BISA”

Dengan menggunakan kata BISA, jalan otak untuk mencari faktor penyebab bisa tersebut akan terbuka dan akhinya kita BISA menjalankannya.

6. FOKUS PADA SOLUSI BUKAN MASALAH

Contohnya:

“Mama sudah ingatkan cara mengembalikan mainan ke tempatnya. Setelah bermain, kembalikan mainan sesuai tempatnya ya.”

Bukannya:

“Itulah Kakak nggak hati-hati sih, jadi hilang kan mainanya, padahal sudah berkali-kali diingatkan, bla bla bla!” He he he…

7. JELAS DALAM MEMBERIKAN PUJIAN DAN KRIITKAN

Contohnya:

“Kak, cara Kakak menyambut tamu tadi keren banget, sangat beradab. Terima kasih ya.”

“Kak, bahasa tubuh Kakak waktu kita ngobrol dengan tamu tadi agak mengganggu deh, bisa diperbaiki?”

Bukannya:

“Wah, anak hebat. Keren banget sih!”

“Ih, kok nyebelin banget sih kamu!”

8. GANTI NASIHAT JADI REFLEKSI PENGALAMAN

Contohnya:

“Mama juga dulu pernah lupa membawa kotak pensil. Rasanya bingung sekali. Makanya sesudahnya Mama selalu mempersiapkan keperluan sekolah sebelum tidur.”

Bukannya:

“Makanya jangan malas dan pelupa. Sebelum tidur siapkan dulu apa-apa yang diperlukan!”

9. GANTILAH KALIMAT INTEROGASI DENGAN PERNYATAAN OBSERVASI

Contohnya:

“Kayaknya Kakak seneng banget nih hari ini. Bahagia ya di sekolah? Ada cerita apa? Boleh berbagi kebahagiaan dengan Mama?”

Bukannya:

“Hari ini belajar apa di sekolah? Main sama siapa?”

10. GANTI KALIMAT YANG MENOLAK/MENGALIHKAN PERASAAN DENGAN YANG MENUNJUKKAN EMPATI

Contohnya:

“Kakak capek ya? Apa yang paling membuat capek dari perjalanan kita hari ini?”

Bukannya:

“Masa jalan segitu aja capek?”

11. GANTI PERINTAH DENGAN PILIHAN

Contohnya:

“Kak, 30 menit lagi kita berangkat sekolah. Kakak mau lanjut main 5 menit lagi atau mandi sekarang, trus lanjut main lagi sampai kita siap berangkat?”

Bukannya:

“Mandi sekarang ya! Kakak ayo mandi sekarang!” Gitu aja terus dan anaknya nggak mandi-mandi he he.

Nah setelah dibaca-baca, kira-kira selama ini cara kita berkomunikasi sudah produktif atau belum? Saya sih ngaku masih jauh dari kata produktif hu hu hu. Tapi mari semangat mengupgrade diri supaya bisa berkomunikasi produktif terutama dengan orang-orang di sekeliling kita.

SUMBER:

1. Albert Mehrabian, Silent Message: Implicit Communication of Emotions and Attitudes, e book, paperback, 200.
2. Dodik Maryanto, Padepokan Margosari: Komunikasi Pasangan, artikel, 2015.
3. Institut Ibu Profesional, Bunda Sayang: Komnikasi Produktif, Gaza Media, 2014.
4. Hasil wawancara dengan Septi Peni Wulandani tentang pola komunikasi di Padepokan Margosari. 

2 comments:

  1. Noted banget mbak. Makasih loh yaa sangat bermanfaat.

    ReplyDelete
  2. wahh aku sudah daftar jadi calon member IIP, katanya bulan depan ada kelas matrikulasi lagi .. mudah2an batch ini bisa ikutan, gak sabar... selalu mupeng liat temen-temen blogger yang join IIP dan mengulas pengalamannya selama bergabung dengan IIP di blog... makasih sharing nya mba

    ReplyDelete

Silakan berkomentar yang sopan, tapi jangan beri link hidup di postingan ya. Terima kasih sudah berkunjung :)


Hubungi lewat: itshenipuspita@gmail.com
Jangan lupa follow IG @henipuspita29 @letsplayandlearn
Twitter @henipuspita29